Menghargai prestasi orang lain merupakan salah satu jalan menuju sukses. Tampaknya inilah yang mengilhammi Kepala Sub Bidang Pelatnas PB PBSI Christian Hadinata mengacu kepada bintang olahraga tenis dunia Roger Federer untuk memacu prestasi para pemain bulutangkis Indonesia. Sikap bijak yang layak jadi cermin para pembina tenis di Tanah Air. Orang bulutangkis saja mau menghargai tenis, lalu bagaimana dengan orang tenis sendiri?
Kepala Sub Bidang Pelatnas PB PBSI Christian Hadinata menyoroti prestasi para pemain senior Indonesia yang akhir-akhir ini gagal di berbagai turnamen. Menurutnya, prestasi para punggawa Tanah Air tersebut sudah menurun karena mereka tak mampu mempertahankan motivasi bermain.
Ada alasan mengapa Christian mengatakan demikian. Hampir semua pemain yang kini menjadi nomor satu di Indonesia, sudah pernah mengecapi gelar juara. Itu yang membuat semangat bermainnya agak kendor lantaran tak ada lagi yang harus dikejar.
“Pemain junior pasti akan berusaha keras untuk menjadi juara. Tetapi para pemain senior yang sudah pernah juara akan kehilangan motivasi karena hal itu (juara) sudah pernah digapai. Memang tak mudah mempertahankan motivasi itu agar tetap pada top performance,” ungkap Christian saat menyaksikan para pemain Indonesia latihan di Istora Senayan Jakarta, Senin (15/6).
Karena itu, mantan juara ganda putra pada All England 1974 tersebut berharap, para pemain senior di negeri ini bisa meniru petenis nomor dua dunia, Roger Federer. Pemain asal Swiss itu dinilai sebagai sosok yang patut dicontoh karena tak pernah puas meskipun rangkaian gelar bergengsi telah digapai.
“Federer memang pantas menjadi pemain yang ditiru. Meskipun sudah banyak mendapat gelar grand slam, dia tak pernah menyerah untuk mewujudkan mimpinya menjadi juara di Perancis Terbuka. Dan, dia akhirnya bisa mendapatkannya. Padahal, apa lagi yang dicari setelah dirinya dianggap sebagai salah satu legenda tenis dunia.
“Tetapi karena motivasinya untuk juara selalu ada, Federer tak pernah menganggap enteng musuh dan bermain santai. Dia selalu mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya untuk menjadi juara,” tambah Christian.
Dalam kesempatan tersebut, pria berambut putih itu juga mengakui bahwa terjadi kesenjangan yang mencolok antara kemampuan pemain senior dan junior. Akibatnya, Indonesia kesulitan meraih gelar jika para pemain senior tidak berada dalam puncak permainan.
Karenanya, saat ini para pemain muda dipersiapkan dengan lebih matang dengan cara menyertakan mereka tampil di berbagai turnamen. Dengan demikian, jam terbang para pemain junior semakin banyak dan mental bertanding pun bertambah kuat.
“Tugas pengurus itu ada dua, yakni mencetak prestasi dan terus melakukan regenerasi pemain. Ini yang kurang berjalan seimbang pada tahun-tahun yang lalu, sehingga ketika para pemain senior berada di top performance, para pemain muda belum bisa menjadi pelapis yang setara.
“Tapi kembali lagi, dana menjadi kendala sehingga prestasi yang didahulukan dengan mengirim para pemain senior yang dinilai bisa meraih gelar juara. Sebaliknya, para pemain muda yang seharusnya juga disertakan pada turnamen besar terpaksa diistirahatkan, karena pengurus tidak punya dana yang cukup untuk mengirim mereka.
“Tapi sekarang kami sudah berusaha untuk menghilangkan gap (kesenjangan) sehingga perbedaan tak mencolok lagi. Harapannya, pada tahun 2011 atau paling lambat 2012, baik para pemain senior maupun junior sudah bisa bersaing untuk mengejar prestasi dan bulu tangkis Indonesia kembali menjadi perkasa,” tukasnya. (sihc/skoc/Humas Guar)