SEJAHTERA BADMINTON

BERSAMA MEMBANGUN BULUTANGKIS INDONESIA

  • Meta

  • TIRTA SPORT ONLINE SHOP

    Promo Tirta
  • WIDE SCREEN FORMATED

    July 2010
    M T W T F S S
     1234
    567891011
    12131415161718
    19202122232425
    262728293031  
  • JADILAH PEMENANG

    Pemenang selalu memiliki program

    Pecundang selalu memiliki alasan

    Ketika pemenang melakukan sebuah kesalahan,
    ia akan berkata “Saya melakukan kesalahan”

    Ketika pecundang melakukan sebuah kesalahan,
    ia akan berkata “Itu bukan kesalahan saya”

    Pemenang membuat komitmen-komitmen

    Pecundang membuat janji-janji

    Pemenang memilih seperti yang ia ingin lakukan

    Pecundang memilih sesuai pilihan orang banyak

    Pemenang membuat sesuatu terjadi

    Pecundang membiarkan sesuatu terjadi

  • BWF

    bwf-logo1
  • Archives

  • Top Posts

  • Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

    Join 5,029 other subscribers

Atik Jauhari : Indonesia Layaknya Brasil

Posted by SEJAHTERA BADMINTON on July 3, 2010


VIVAnews – Mantan pelatih pelatnas bulutangkis Indonesia, Atik Jauhari, mengaku yakin Indonesia masih bisa berbicara banyak di dunia bulutangkis dunia. Atik menyamakan Indonesia dengan Brasil di dunia sepakbola.

Atik menjadi aktor penting di balik kesuksesan Saina Nehwal dalam mempertahankan gelar Indonesia Open Super Series. Pelatih yang menjadi salah satu arsitek di pelatnas Indonesia selama 27 tahun ini mengungkapkan pendapatnya mengenai terpuruknya prestasi bulutangkis Indonesia belakangan ini.

Pelatih yang dikontrak mulai menangani pemain-pemain India sejak Agustus 2008 ini menolak jika Indonesia sudah habis di dunia bulutangkis. Atik mengaku prestasi Merah Putih bisa bangkit asal semua pihak bersikap profesional.

“Indonesia tidak akan pernah kekurangan bahan. Indonesia itu seperti Brasil di dunia sepak bola. Tapi, semuanya harus dikelola secara profesional dan bekerja secara optimal baik pemain, pelatih dan PBSI,” ujar Atik yang ditemui usai Saina mengalahkan Sayaka Sato di final Indonesia Open, Minggu 27 Juni 2010.

“Salah satu contoh mungkin dari segi waktu. Waktu latihan dan bermain serta istirahat harus berimbang, karena pemain juga manusia yang punya perasaan. Contohnya di India, jalannya TC ditentukan besarnya turnamen yang ada. Semakin besar turnamen maka persiapannya semakin lama.”

“Saya yakin Indonesia bisa. Contohnya PBSI bisa memantau pemain dari Sirkuit Nasional (Sirnas) untuk dijadikan pemain. Tidak perlu malu,” tutup Atik yang menjabat sebagai pelatih kepala asing di India.

Ditanya apakah siap melatih Indonesia lagi, dengan tegas Atik mengatakan, “Saya selalu siap melatih Indonesia. Kontrak saya berakhir Oktober nanti.”

Ivana Lie Sarankan PBSI Evaluasi Menyeluruh

Mantan pebulu tangkis nasional Ivana Lie menyarankan agar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melakukan evaluasi menyeluruh terkait memburuknya prestasi bulutangkis Indonesia. Saat bermain di Indonesia Terbuka pekan lalu, tidak ada seorang pun pemain Indonesia yang berhasil meraih juara.

“Sudah saatnya evaluasi menyeluruh. Tidak hanya di dalam kepengurusan PBSI tetapi seharusnya melibatkan berbagai unsur, misalnya mantan pemain, pelatih, klub-klub,” kata Ivana yang sekarang menjabat sebagai Staf Ahli Olahraga Kementerian Negara Pemuda dan Olahrga ini, di Gelanggang Olahraga Pertamina Simpruk, Jakarta, Kamis (1/7).

Evaluasi itu juga menyangkut sistem pembinaan, motivasi pemain, kemampuan pelatih, sistem pelatnas, nutrisi atlet, pendidikan psikologi. “Harus ada terobosan baru, jangan evaluasi terus-menerus tetapi tidak ada perbedaan,” katanya.

Mantan pelatih PB Djarum ini menyarankan diadakan sebuah forum sarasehan nasional atau rembug nasional untuk membicara konsep dasar menyeluruh mengenai bulutangkis Indonesia. Pada forum tersebut, pengurus PBSI dan tokoh bulutangkis di luar PBSI serta klub-klub bisa berembug bersama.

Ivana menilai pelatihan terus-menerus terhadap atlet bulutangkis di pelatnas perlu juga dievaluasi. Para atlet bisa menjadi jenuh dengan pola tersebut. “Seharusnya ada pembaharuan, agar atlet mempunyai waktu bersama keluarga dan menjalani kehidupan seperti orang lain,” katanya.

Leave a comment