SINGAPURA, Kompas.com – Taufik Hidayat sudah berusaha keras mencurahkan segala kekuatannya untuk menyumbang poin bagi tim Piala Thomas Indonesia, saat melawan Lin Dan, Minggu (16/5/10), di final. Tetapi, tunggal utama Indonesia ini tetap gagal, sehingga tim Merah Putih akhirnya harus gigit jari lagi dalam usahanya merebut trofi turnamen bulu tangkis beregu putra tersebut, karena menyerah 0-3.
Taufik yang sekarang berusia 29 tahun sadar, sekarang bukan lagi masa jayanya. Mantan peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini mengatakan, seandainya pertemuannya dengan Lin Dan tersebut terjadi saat kondisinya sedang berada di puncak, maka dia pasti bisa merebut poin pertama bagi Indonesia.
Ya, dalam duel yang kurang dari satu jam itu, Taufik terlihat sangat kesulitan untuk merebut poin dari Lin Dan. Pada set pertama, Taufik sama sekali tidak berdaya sehingga menyerah dengan skor telak 7-21. Di set kedua, Taufik berusaha lebih agresif, tetapi dia lagi-lagi tak mampu meruntuhkan Lin Dan, sehingga kembali menyerah 14-21.
“Saya menyesal dengan kekalahan ini, tetapi harus diakui, teknik dan kondisi fisik Lin Dan lebih baik. Saya sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk meladeninya, tetapi sangat sulit,” ungkap Taufik.
Di balik kekalahannya, Taufik punya harapan yang sangat besar agar Indonesia segera melakukan pembenahan untuk regenerasi. Dia berharap, dalam waktu dekat sudah muncul pemain-pemain baru yang masih muda, untuk menggantikan posisinya.
“Sekarang saya tetap jadi tunggal pertama di Piala Thomas keenamku. Pasti ada sesuatu yang salah dengan perkembangan para pemain muda,” tegas mantan juara dunia 2005 tersebut.
“(Dalam debutku pada tahun 2000) kami kesulitan menentukan nama untuk mengisi line-up, karena kami memiliki terlalu banyak pemain bagus. Tetapi sekarang, kami tidak memiliki pilihan.
“Saya berharap, ini akan menjadi penampilan terakhirku di Piala Thomas.”