Hengkangnya Vita Marissa dari Pelatnas Cipayung membawa dampak ke nomor ganda putri dan campuran sekaligus. Ujian pertama buat pasukan Cipayung ini akan dihadapi di turnamen prestisius Super Series All England, 3-8 Maret.
Kehilangan yang paling terasa ada di nomor ganda campuran. Bersama M. Rijal, Vita adalah pelapis ganda nomor satu Nova Widianto/Lilyana Natsir. Pada kesempatan pertama turun sebagai pasangan di turnamen resmi SS Jepang, September 2008, Rijal/Vita menuai gelar setelah menang atas Nova/Lilyana di final.
“Rijal/Vita bisa jadi juara di turnamen sekelas super series. Itu artinya mereka memang punya kualitas bagus, terlepas dari absennya beberapa pemain top saat itu,” ujar Richard Mainaky, pelatih ganda campuran.
Perginya Vita membuat Rijal kehilangan pasangan. Otomatis mereka batal turun di All England. Kini Indonesia menggantungkan harapan pada Nova/Lilyana, yang tahun lalu menjadi runner-up, dan Devin Lahardi/Lita Nurlita.
“Kecewa pasti ada karena persiapan kami sebetulnya sudah mantap,” kata Rijal. Soal pasangan baru, Rijal angkat bahu. “Terserah pelatih. Dipasangkan dengan siapa saja, saya siap,” ucapnya.
Berpasangan dengan siapa pun nantinya, Rijal harus mulai dari turnamen kecil. Kalaupun ke turnamen besar, jalannya harus melewati babak kualifikasi lebih dulu. Itu pun kadang harus mengantre karena biasanya turnamen besar diminati banyak pemain.
“Kalau soal adaptasi dengan pasangan baru bisa dilakukan saat latihan, tapi pasti nanti saya harus mulai dari awal lagi karena tak ada peringkat,” ucap Rijal.
Tak Ada Rangkap
Di nomor ganda putri, secara tidak langsung kepergian Vita juga membawa dampak. Meski aslinya bermain di ganda campuran, pasangan Vita/Lilyana adalah yang terbaik yang dimiliki Indonesia. Terakhir mereka bertengger di peringkat lima BWF.
Namun, di periode kepengurusan 2008-2012, PBSI memiliki kebijakan baru, yakni sebisa mungkin menghindari pemain yang bermain rangkap.
“Untuk menghindari konsentrasi yang terpecah, terutama jika ada yang bermain rangkap dan kebetulan di dua nomor masuk ke babak penting dalam satu turnamen,” tutur Kabid Pembinaan dan Prestasi PBSI, Lius Pongoh.
Kasubid Pelatnas, Christian Hadinata, menambahkan alasan lain.
“Teknik bagus saja tak cukup untuk bermain rangkap. Fisik dan stamina harus mendukung supaya konsentrasi tak terpecah. Kalau tanggung, bisa dipastikan akan menemui kesulitan karena persaingan sekarang begitu ketat,” jelas Christian.
Kini, nomor ganda putri mengandalkan Greysia Polii/Nitya Khrisinda dan Shendy Puspa/Meiliana di level elite. Ujian berat langsung mereka hadapi di All England. Grace/Nitya menantang unggulan pertama Cheng Wen Hsing/Chien Yu Chin (Taiwan).
“Kalau Vita masih ada, mungkin dia masih bisa main di ajang beregu seperti Piala Sudirman, tapi sekarang mau tak mau pemain yang ada harus dimaksimalkan. Soal peluang di All England, tak masalah dengan undian. Toh kita juga tak bisa lari dari lawan. Yang jelas, kita pasti berusaha maksimal,” tegas Aryono Miranat, pelatih ganda putri. (Erwin Fitriansyah)